Logo Natural Farm
Gratis Ongkir + Banyak Promo belanja di aplikasi
Health

Apa Itu Tantrum? Penyebab, Gejala, Serta Penanganan

Ditulis oleh Herzanindya Maulianti

Bagikan:

Anak biasanya mulai mengalami tantrum sejak usia 1 tahun, dan puncaknya terjadi di usia 2–4 tahun. Fase ini muncul karena perkembangan kemampuan bicara dan kontrol emosi belum seimbang. Anak ingin mengungkapkan sesuatu, tapi belum bisa mengomunikasikannya dengan baik.

Meski sering terjadi pada usia balita, beberapa anak bisa mengalami tantrum hingga usia sekolah, tergantung pada lingkungan, pola asuh, dan kemampuan anak mengelola emosinya.

Ciri-Ciri Anak Tantrum

Penting bagi orang tua untuk mengenali ciri-ciri anak tantrum agar dapat membedakannya dari perilaku kenakalan biasa. Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang menunjukkan anak sedang tantrum:

  • Menangis atau berteriak tanpa sebab yang jelas.
  • Menjatuhkan diri ke lantai atau memukul barang.
  • Menolak untuk diajak bicara atau berinteraksi.
  • Tiba-tiba menjadi agresif atau menunjukkan kemarahan.
  • Sangat sulit ditenangkan meskipun sudah dibujuk.

Setiap anak dapat mengalami tantrum dengan cara yang bervariasi, disesuaikan dengan kepribadian dan tahapan perkembangan emosional mereka.

Penyebab Anak Tantrum dan Faktor Pemicunya

Tantrum jauh lebih dari sekadar "drama" atau perilaku mencari perhatian. Tantrum adalah bentuk ekspresi emosi yang wajar pada anak-anak prasekolah yang masih dalam tahap belajar mengelola perasaan dan berkomunikasi secara efektif.

Ada penyebab anak tantrum secara psikologis dan lingkungan, antara lain:

1. Keterbatasan Kemampuan Komunikasi

Anak-anak kecil belum memiliki kosakata atau kemampuan verbal yang cukup untuk mengungkapkan frustasi, keinginan, atau ketidaknyamanan mereka secara jelas. Ketika mereka merasa tidak dipahami, tantrum bisa menjadi cara mereka untuk "berbicara."

2. Kelelahan dan Kelaparan

Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga lebih rentan tantrum saat mereka lelah atau lapar. Kondisi fisik yang tidak nyaman dapat menurunkan ambang batas toleransi mereka terhadap frustrasi.

3. Kelebihan Stimulasi

Lingkungan yang terlalu bising, ramai, atau penuh aktivitas dapat membuat anak kewalahan. Otak anak yang masih berkembang mungkin kesulitan memproses terlalu banyak informasi, sehingga memicu tantrum.

4. Perkembangan Otak yang Belum Matang

Pada anak-anak, bagian otak yang berfungsi mengatur emosi, yaitu korteks prefrontal, belum berkembang sempurna. Akibatnya, mereka kesulitan mengendalikan dorongan hati dan merespons emosi dengan tenang.

5. Perasaan Tidak Berdaya atau Keinginan untuk Mengontrol

Anak-anak kerap merasa tidak berdaya karena banyaknya keputusan yang dibuat untuk mereka. Tantrum dapat menjadi cara mereka untuk mendapatkan kembali kendali atas situasi, atau sebagai bentuk protes terhadap batasan yang diterapkan.

6. Transisi atau Perubahan Rutinitas

Anak-anak menyukai rutinitas dan prediktabilitas. Perubahan mendadak dalam jadwal, seperti pindah tempat, bertemu orang baru, atau beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain, bisa memicu kecemasan dan tantrum.

7. Meniru Perilaku Dewasa

Anak-anak adalah peniru ulung. Jika mereka melihat orang dewasa di sekitar mereka mengekspresikan kemarahan atau frustrasi dengan cara yang meledak-ledak, mereka mungkin meniru perilaku tersebut.

8. Mencari Perhatian

Meskipun tantrum bukan hanya tentang mencari perhatian, terkadang anak belajar bahwa tantrum adalah cara yang efektif untuk mendapatkan respons dari orang tua. Jika tantrum selalu berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan, perilaku tersebut bisa berlanjut.

Baca Juga: Dear Parents, Ini Dia Penyebab dan Ciri-Ciri Anak Stress!

Cara Mengatasi Tantrum pada Anak

Mengatasi tantrum pada anak memang membutuhkan pendekatan yang sabar, konsisten, dan pemahaman mendalam. Penting untuk diingat bahwa tantrum bukanlah upaya anak untuk memanipulasi, melainkan sering kali merupakan ekspresi frustrasi karena mereka belum memiliki kemampuan verbal untuk menyampaikan keinginan atau emosi mereka secara efektif.

Berikut adalah cara mengatasi tantrum pada anak yang bisa Anda diterapkan:

1. Tetap Tenang dan Kendalikan Emosi Anda

Tetap tenang adalah langkah awal dan paling krusial bagi orang tua. Saat anak tantrum, mereka membutuhkan kehadiran orang dewasa yang stabil dan tenang.

Keterlibatan emosi atau rasa frustrasi dari Anda hanya akan memperburuk keadaan. Tarik napas dalam-dalam dan ingatkan diri Anda bahwa ini merupakan tahapan normal dalam tumbuh kembang anak.

2. Pahami Penyebab Tantrum

Coba kenali pemicu tantrum. Apakah anak lelah, lapar, bosan, tidak nyaman, atau menginginkan sesuatu yang tidak bisa didapat? Memahami pemicunya akan membantu Anda mencegah atau merespons tantrum dengan lebih tepat di kemudian hari.

3. Berikan Pilihan Terbatas

Saat anak menginginkan sesuatu yang tidak bisa mereka dapatkan (contoh: permen sebelum makan), tawarkan pilihan terbatas sebagai alternatif. Misalnya, Anda bisa berkata, "Kamu tidak bisa makan permen sekarang, tapi kamu bisa memilih apel atau pisang." Cara ini memberikan anak rasa kendali dan dapat mengurangi rasa frustrasi mereka.

4. Abaikan Perilaku yang Tidak Berbahaya

Apabila tantrum anak hanya melibatkan tangisan, teriakan, atau berguling-guling di lantai dan tidak membahayakan diri sendiri atau orang lain, sering kali strategi terbaik adalah mengabaikannya. Tetaplah berada di dekat anak untuk menunjukkan kehadiran Anda, namun hindari memberikan perhatian berlebihan pada perilaku tantrum tersebut. Setelah anak mulai tenang, barulah berikan perhatian positif.

5. Alihkan Perhatian

Pada fase awal tantrum, mengalihkan perhatian anak ke hal-hal menarik seringkali merupakan strategi yang sangat berhasil. Anda bisa mengajak mereka melihat pemandangan di luar, memberi mereka mainan baru, atau memulai kegiatan lain.

6. Berikan Ruang Tenang

Apabila tantrum anak memburuk dan mereka mulai menunjukkan perilaku agresif seperti memukul, menendang, atau melempar barang, pertimbangkan metode "time-out". Arahkan anak ke lokasi yang tenang dan aman, jauh dari gangguan, agar mereka dapat menenangkan diri.

Durasi time-out umumnya disesuaikan dengan usia anak, misalnya satu menit per tahun usia mereka. Penting untuk menjelaskan alasan time-out diberikan, dan setelah anak tenang, berikan pelukan atau penjelasan lebih lanjut.

7. Validasi Perasaan Anak

Meskipun perilaku tantrum anak tidak dapat disetujui, penting untuk memvalidasi perasaan mereka. Sebagai contoh, Anda bisa berkata, "Ibu mengerti kamu sangat marah karena tidak bisa bermain di taman sekarang." Dengan demikian, Anda menunjukkan pemahaman terhadap emosi mereka tanpa harus mengalah pada tuntutan yang disebabkan oleh tantrum.

8. Cari Dukungan

Mengatasi tantrum anak bisa menjadi pengalaman yang sangat melelahkan. Apabila Anda merasa kesulitan, atau jika tantrum anak tampak tidak biasa dan sering terjadi, jangan ragu untuk mencari dukungan. Anda bisa meminta bantuan dari pasangan, keluarga, teman, atau bahkan profesional.

Dengan kesabaran, konsistensi, dan pemahaman yang mendalam tentang perkembangan anak, orang tua dapat membantu anak melewati fase tantrum ini dan belajar cara mengelola emosi mereka dengan lebih baik.

Bantu Anak Lebih Tenang dan Fokus dengan Nutrisi Otak yang Tepat

Penanganan tantrum tak hanya butuh pendekatan emosional dan pola asuh, tapi juga nutrisi otak yang tepat. Vitamin D3 dan omega-3 penting untuk saraf pusat, stabilitas emosi, serta kemampuan anak mengendalikan stres dan frustasi.

Berikut ini produk rekomendasi dari Natural Farm yang bisa membantu mendukung keseimbangan emosi anak secara alami:

1. ChildLife Vitamin D3 (30 ml)

ChildLife Vitamin D3 diformulasikan khusus untuk anak-anak dalam bentuk cair yang mudah dikonsumsi. Setiap tetesnya mengandung vitamin D3 alami dari lanolin (sumber hewani yang aman) yang mendukung fungsi imun, metabolisme kalsium, dan regulasi neurotransmitter, yang berperan penting dalam mengatur respons emosi anak terhadap stres atau frustasi.

Studi menunjukkan bahwa anak-anak dengan defisiensi vitamin D lebih rentan mengalami gangguan suasana hati, termasuk mudah marah, rewel, atau kesulitan mengelola emosi. Dengan memenuhi kebutuhan harian vitamin D3, orang tua bisa membantu anak lebih tenang, responsif, dan tidak mudah mengalami ledakan emosi seperti tantrum.

Jika anak Anda sering mengalami tantrum karena mudah frustrasi atau tidak stabil emosinya, memenuhi kebutuhan vitamin D3 harian bisa menjadi langkah awal yang efektif. Dukung proses tumbuh kembang emosi anak secara alami dengan ChildLife Vitamin D3!

2. Natural Factors Vitamin D3 Kids (100 Chewable)

Natural Factors Vitamin D3 Kids hadir dalam bentuk tablet kunyah dengan rasa menyenangkan, yang memudahkan anak untuk rutin mengonsumsinya setiap hari. Suplemen ini menggunakan vitamin D3 (cholecalciferol), bentuk aktif vitamin D yang lebih mudah diserap tubuh dibanding D2.

Vitamin D berperan dalam pembentukan serotonin, sebuah zat kimia di otak yang memengaruhi suasana hati dan kemampuan anak mengelola emosi. Kadar serotonin yang rendah bisa menyebabkan anak lebih mudah marah, rewel, dan sulit menghadapi rasa frustrasi ringan, sehingga sering mengalami tantrum.

Untuk membantu anak Anda menjadi lebih tenang, adaptif, dan tidak mudah tantrum secara alami, pertimbangkan untuk menambahkan Natural Factors Vitamin D3 Kids ke dalam rutinitas harian mereka.

3. ChildLife Essentials DHA (90 Softgels)

ChildLife Essentials DHA diformulasikan khusus untuk mendukung perkembangan otak anak dengan memenuhi kebutuhan DHA harian mereka. Suplemen ini terbuat dari minyak ikan murni berkualitas tinggi, dikemas dalam bentuk softgel mini yang mudah ditelan dan memiliki rasa alami yang disukai anak-anak.

Asupan DHA yang cukup dapat meningkatkan fungsi eksekutif otak, membantu anak mengendalikan amarah, menunda tindakan impulsif, dan merespons tekanan dengan lebih tenang. Ini menjadikannya salah satu suplemen pendukung terbaik untuk anak yang sering mengalami tantrum atau kesulitan mengelola frustasi.

ChildLife Essentials DHA dapat menjadi solusi alami untuk anak yang sering tantrum, sulit fokus, atau memiliki emosi yang tidak stabil. Dukungan nutrisi otak yang optimal membantu anak tumbuh lebih tenang dan mencapai keseimbangan emosional.

4. Wellness Kids Omega 3

Perkembangan sistem saraf dan fungsi otak anak yang belum optimal seringkali menjadi penyebab tantrum, terutama karena kurangnya asupan nutrisi penting seperti omega-3 (EPA dan DHA). Nutrisi ini krusial untuk regulasi emosi, peningkatan fokus, dan kemampuan adaptasi anak terhadap stres.

Wellness Kids Omega 3, suplemen omega-3 khusus anak, mengandung minyak ikan murni bebas merkuri, serta dilengkapi vitamin A dan D. Suplemen ini menstabilkan suasana hati, mengurangi mood swing, dan reaksi berlebihan pada anak. Konsumsi rutin membantu anak tantrum menjadi lebih tenang, fokus, dan adaptif sosial.

Dukung anak Anda agar lebih siap menghadapi tantangan emosional sehari-hari. Dengan Wellness Kids Omega 3, bantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih tenang, fokus, dan bahagia.

5. Nordic Children’s DHA Strawberry Syrup

Tantrum pada anak sering kali membuat orang tua kewalahan, terutama jika penyebabnya tidak jelas. Salah satu aspek penting yang sering terabaikan adalah peran DHA (asam lemak omega-3) dalam perkembangan otak dan regulasi emosi. Kekurangan DHA dapat memicu anak menjadi lebih mudah marah, impulsif, dan sulit berkonsentrasi, yang semuanya dapat berkontribusi pada perilaku tantrum.

Nordic Children’s DHA Strawberry Syrup adalah solusi praktis untuk memenuhi kebutuhan omega-3 anak. Dengan 530 mg DHA dari minyak ikan murni, sirup stroberi ini disukai anak-anak. Manfaatnya meliputi peningkatan fokus, stabilisasi suasana hati, dan respons otak yang lebih baik terhadap stres, yang dapat mengurangi frekuensi tantrum dan meningkatkan kemampuan emosional anak.

Jika Anda mencari cara yang aman dan efektif untuk membantu anak lebih fokus dan mengelola emosinya, Nordic Children’s DHA Strawberry Syrup adalah pilihan tepat. Dukung tumbuh kembang anak dengan otak yang sehat dan hati yang tenang.

Rekomendasi untuk Anda

Pertanyaan Tentang Apa Itu Tantrum?

Apa ciri-ciri anak tantrum?
Apa penyebab anak mengalami tantrum?
Apakah anak tantrum itu normal?

Kategori Artikel