Atonia uteri adalah suatu kondisi disaat rahim gagal mengalami kontraksi pasca melahirkan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan pendarahan setelah melahirkan atau yang dikenal sebagai postpartum hemorrhage. Kondisi tersebut dapat berakibat fatal bila tidak segera mendapatkan penanganan.
Pasca prosesi melahirkan normalnya otot rahim akan mengalami kontraksi untuk melepaskan plasenta atau ari ari yang menempel di dinding rahim. Kontraksi rahim akan menahan dan menghentikan aliran darah di pembuluh darah yang rusak saat plasenta yang menempel di dinding rahim terlepas. Hal tersebut dapat menghentikan pendarahan secara perlahan.
Peristiwa atonia uteri otot rahim tidak dapat berkontraksi seperti semestinya sehingga pendarahan sulit dihentikan. Sebab terjadinya pendarahan berlebih biasanya disebabkan oleh atonia uteri. Kondisi atonia uteri bisa terjadi di persalinan dengan metode operasi atau ketika mengalami keguguran, dengan kata lain tidak hanya terjadi [pada persalinan normal saja.
Penyebab Atonia Uteri Adalah
Sebab dari terjadinya atonia uteri belum diketahui, namun terdapat beberapa faktor yang memicu otot rahim tidak dapat berkontraksi pasca melahirkan yaitu
1. Menjalani persalinan yang berlangsung lama dan sulit ataupun persalinan berlangsung terlalu cepat
2. Terjadi peregangan pada rahim secara berlebihan yang dapat terjadi karena kehamilan kembar maupun air ketuban berlebihan
3. Menggunakan oksitosin untuk induksi persalinan dengan penggunaan melebihi standar atau terlalu lama.
Selain ketiga faktor tersebut terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang ibu mengalami atonia uteri adalah usia lebih dari 35 tahun, hamil kembar, pernah melahirkan lebih dari lima kali, ukuran janin yang besar,obesitas morbid, menderita mioma uteri, terlalu banyak air ketuban, dan mengalami peradangan pada selaput ketuban.
Resiko terjadinya atonia uteri akan meningkat bila seorang ibu mengimami lebih 2 risiko yang telah disebutkan sekaligus. Meskipun atonia uteri jarang dialami bagi yang memiliki faktor diatas namun tetap saja bisa dialami oleh orang yang tak memiliki faktor faktor diatas.
Gejala Atonia Uteri
Gejala utama dari atonia uteri adalah rahim yang tidak dapat mengalami kontraksi serta terasa lunak pasca melahirkan baik pada saat persalinan normal maupun persalinan secara operasi caesar. Kedua kondisi tersebut diikuti dengan pendarahan lebih dari 500 ml pasca plasenta keluar ataupun [pendarahan sebanyak 1 liter 24 jam setelah melahirkan.
Bila terjadi pendarahan yang hebat, akibatnya seorang ibu yang mengalami atonia uteri akan mengalami beberapa gejala seperti tekanan darah yang rendah atau turun, detak jantung yang cepat tak seperti biasanya, merasa pusing atau terasa seperti akan kehilangan kesadaran (pingsan), mengalami keringat dingin, terasa nyeri terutama di area punggung, kulit ibu akan terlihat lebih pucat daripada biasanya.